Di suatu sore yang sunyi, Detektif Rio berada di sebuah arsip kuno di dalam museum peninggalan Asia Tengah. Ketika memeriksa naskah-naskah berdebu, ia menemukan sebuah gulungan tua berlapis ukiran-ukiran misterius. Di halaman pertama gulungan itu, terpampang lambang grifin: makhluk berbadan singa, berkepala elang, dan bersayap kokoh—sebuah simbol yang pernah melegenda sebagai perisai bangsa Tartaria.
Rio mendalami naskah tersebut dan menemukan bahwa bangsa Tartaria dikenal sebagai kaum raksasa dengan kekuatan dan kecerdasan luar biasa. Mereka memiliki keistimewaan dalam konsumsi "either," zat misterius yang tembus pandang namun memberi mereka tenaga, lebih dari sekadar udara. Dari sini, Rio menduga "either" mungkin adalah senyawa misterius yang hanya dikenal oleh bangsa Tartaria.
Di bagian naskah lainnya, Rio menemukan catatan yang menjelaskan teknik arsitektur bangsa ini. Mengejutkan, mereka menggunakan gaya Roman dan Gothic, dua gaya bangunan yang jauh lebih dikenal di Eropa berabad-abad kemudian. Tertulis bahwa bangsa Tartaria mampu membangun gedung-gedung megah dengan pilar-pilar besar, lengkungan indah, dan kubah yang menjulang tinggi—mencerminkan ketangguhan fisik dan kesenian halus yang beriringan. Gedung-gedung mereka bahkan dikisahkan mampu bertahan di tengah iklim keras dan badai pasir yang melanda wilayah tersebut.
Rio terpana membaca deskripsi ini. Tak hanya kehebatan fisik, tapi bangsa Tartaria tampaknya juga memiliki keunggulan dalam seni bangunan yang jauh di depan zamannya. Ia membayangkan kota-kota besar dengan menara Gothic yang menjulang dan struktur Roman yang megah, semua dihuni oleh sosok-sosok raksasa yang berjalan di antara pilar-pilar tinggi.
Dengan naskah ini, Rio mulai berpikir bahwa bangsa Tartaria adalah peradaban besar yang mungkin telah lama dilupakan, meninggalkan jejak samar tentang peradaban yang pernah mencapai kemajuan luar biasa.
1 comment:
Ngeri pak
Post a Comment