Usia: sekitar 20–30 tahun ketika pertama kali bertemu utusan Belanda (berarti lahir sekitar 1593–1604).
Kulit: lebih gelap dibandingkan rata-rata orang Jawa — mungkin menunjukkan ia sering di lapangan, atau karakter keturunan bangsawan pedesaan (bukan istana pesisir).
Wajah: bulat dan tenang, hidung kecil, mulut agak lebar dan datar.
Tatapan mata: tajam seperti singa, menunjukkan wibawa dan kekuasaan alami.
Gaya berbicara: agak kasar menurut orang Belanda, mungkin karena ia menggunakan bahasa perintah yang tegas — gaya seorang prajurit dan pemimpin perang.

Busana dan Atribut Kebangsawanan
Penutup kepala: kuluk atau kopiah linen putih — menandakan kesalehan dan simbol Islamisasi kerajaan.
Kain batik: putih biru, berasal dari daerahnya sendiri (kemungkinan batik Mataram klasik).
Baju bludru hitam: berhias motif daun dan bunga keemasan — menggambarkan keagungan dan kemewahan.
Keris: diselipkan di bagian depan — posisi yang khas bagi seorang raja/pemimpin tertinggi (berbeda dengan rakyat biasa yang menyelipkan di pinggang belakang).
Sabuk emas: tanda status tertinggi di istana.
Perhiasan: cincin bertatahkan intan berlian di beberapa jari.
Merokok pipa: pipa berlapis perak, mungkin lambang kemewahan sekaligus ketenangan.

Kepribadian dan Ciri Kepemimpinan
Tegas, berwibawa, dan tidak dapat diremehkan (menurut Van Surck & Eydhoven).
Mempunyai dewan penasehat kuat, tapi tetap menjadi pusat keputusan mutlak.
Ingin tahu dan haus ilmu, tanda kecerdasan politik dan spiritualitas tinggi.
Disegani oleh rakyatnya — dengan kekuasaan yang luar biasa; gong kota bisa mengerahkan 200.000 pasukan bersenjata dalam setengah hari.
Gaya kepemimpinannya mencerminkan perpaduan antara raja-ksatria dan pemimpin religius, sekaligus pembaharu yang memperluas kekuasaan hingga ke barat (Priangan) dan timur (Blambangan).
No comments:
Post a Comment