Sudah 40 jenazah ditemukan dari puing reruntuhan musala Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, hingga Minggu (5/10) pukul 18.00 WIB. Alat berat mulai dari pemecah beton hingga eskavator terus mengais puing bangunan empat lantai yang ambruk itu, hingga akhirnya satu per satu jasad ditemukan. Tim pencarian dan pertolongan (Search and Rescue - SAR) gabungan pun bergerak cepat. Dengan peralatan lengkap mulai Alat Pelindung Diri (APD), helm, kacamata khusus SAR, sarung tangan dan sepatu boots, mereka menerobos puing demi mengevakuasi jenazah yang telah tertimbun material selama tujuh hari.
Setelah ditemukan, jasad-jasad itu kemudian dimasukkan ke dalam kantong khusus jenazah, disemprot disinfektan lalu dibawa menuju ambulance dan dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk diidentifikasi.
Seiring dengan semakin terbukanya akses di lokasi terdampak, tim SAR gabungan kian sering menemukan korban yang meninggal dunia. Setiap temuan menjadi langkah berarti dalam proses pencarian, sekaligus membawa jawaban bagi keluarga dan wali santri yang selama ini menanti kepastian. Di tengah duka yang mendalam, upaya kemanusiaan terus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan empati.
Data pencarian korban pun terus berkembang. Hari ini, Minggu (5/10) sejak pukul 00.30 WIB hingga 18.00 WIB, sudah ada 15 jenazah yang ditemukan. Hal itu yang kemudian menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi 40 orang.
Penemuan jenazah per hari ini paling banyak apabila dibandingkan hari-hari sebelumnya. Jika dirinci, pada Rabu (1/10) ditemukan sebanyak 3 jenazah, hari berikutnya Kamis (2/10) hanya 2 jenazah, kemudian Jumat (3/10) ada 9 jenazah, Sabtu (4/10) ditemukan 11 jenazah dan Minggu (5/10) sampai pukul 18.00 WIB sudah 15 jenazah ditemukan.
Data tersebut menandakan bahwa kinerja seluruh tim SAR gabungan semakin membuahkan hasil yang lebih baik, seiring dengan material tumpukan beton yang berangsur dapat disingkirkan.
Selain jenazah dalam kondisi utuh, tim SAR gabungan juga mendapatkan empat potongan bagian tubuh manusia. Empat potongan tubuh itu belum dapat dikonfirmasi sebagai tambahan jumlah temuan jenazah, termasuk apakah temuan itu merupakan dari satu tubuh yang sama. Proses identifikasi dengan berbagai indikator harus dilakukan demi keabsahan sesuai prosedur yang ditetapkan oleh pihak Disaster Victim Identification (DVI).
Penemuan jenazah untuk ke sekian kalinya itu sekaligus mengurangi jumlah angka korban dalam pencarian menjadi 23 orang. Data ini didapatkan dari daftar absensi yang dikeluarkan pihak pondok pesantren. Kendati demikian, jumlah angka tersebut sejatinya belum sepenuhnya dapat dijadikan sebagai data yang dapat divalidasi secara utuh, sebab ada beberapa kasus di mana salah satu santri tidak melaporkan kehadirannya kepada pengurus namun dihitung sebagai data korban hilang.
Kendati demikian, tim SAR gabungan tetap melanjutkan operasi pencarian sampai dipastikan sudah tidak ada jenazah atau potongan tubuh yang tersisa di lokasi kejadian.
Hari ini, menjadi hari ketujuh jika dihitung sejak hari kejadian atau Senin (29/9). Dalam standar prosedur pencarian dan pertolongan yang ditetapkan dalam operasi SAR atas insiden ini, telah ditentukan periode pencarian dan pertolongan dalam tenggat waktu selama tujuh hari. Operasi SAR terus dievakuasi dari hasil capaian kinerja, target dan sasaran serta kondisi lapangan termasuk berbagai pertimbangan lain dari segala aspek.
Sejak dipastikan bahwa tidak ada tanda-tanda kehidupan pada hari keempat, proses SAR telah difokuskan untuk mengevakuasi jenazah sampai selesai. Artinya, operasi ini masih tetap dilanjutkan selama lebih dari tujuh hari hingga dapat dipastikan lagi tidak ada tanda-tanda keberadaan jenazah maupun potongan tubuh manusia.
Saat siaran pers ini disusun dari lokasi kejadian, mesin alat berat terus menderu, personel SAR gabungan bersiaga, termasuk mobil-mobil ambulance yang terus setia menanti untuk melayani. Dengan kata lain, besar kemungkinan data laporan jumlah korban akan terus berkembang.
Segenap unsur dari pemerintah pusat seperti BNPB, Basarnas, Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan barisan para relawan terus berjuang selama 24 jam. Semua hadir bukan semata menjalankan tugas, tetapi sebagai wujud nyata kepedulian dan kemanusiaan, dari manusia untuk manusia.