Cerita
bertema romansa yang pernah ‘eksis’ dari masa Jawa Kuno hingga menjadi legenda
di Banyuwangi adalah Relief Cerita Sri Tanjung. Ceritanya mengisahkan tentang
kesetiaan, fitnah, amarah, dan penyesalan. Dalam Cerita Sri Tanjung disebutkan
hidup sepasang suami-istri bernama Sidapaksa dan Sri Tanjung. Mereka berdua
hidup bahagia hingga akhirnya Sidapaksa diperintahkan oleh seorang raja bernama
Sulakrama untuk berangkat ke kahyangan. Dengan berat hati, Sri Tanjung merestui
kepergian Sidapaksa untuk menunaikan tugasnya.
Ketika
Sidapaksa tidak ada di rumah, datanglah Raja Sulakrama ke hadapan Sri Tanjung
untuk merayunya, akan tetapi Sri Tanjung tidak bergeming. Raja Sulakrama yang
tidak terima karena gagal mendapatkan Sri Tanjung, kemudian memfitnah Sri
Tanjung sebagai wanita yang mencoba menggodanya. Tentu saja Sidapaksa marah
besar mendengar hal itu. Sidapaksa yang termakan fitnah akhirnya mengakhiri
hidup Sri Tanjung. Ketika meregang nyawa, Sri Tanjung berkata apabila
darahnya berbau harum, maka dia tidak bersalah, dan sebaliknya jika darahnya
berbau amis maka benar dia bersalah. Dan ternyata darah Sri Tanjung berbau
wangi, maka Sidapaksa menyesal sekali.
Sidapaksa
menyadari bahwa Sri Tanjung tidak bersalah meminta tolong kepada Ra Nini (Dewi
Durga) untuk menghidupkan kembali. Dewi Durga memberitahukan bahwa Sri
Tanjung belum saatnya meninggal dan berada di rumah kakek Sri Tanjung di Prang
Alas. Singkat cerita, Sidapaksa kemudian melakukan perjalanan menuju Prang Alas
dan berhasil menemui Sri Tanjung.
Pada
relief di Candi Surowono, Candi Panataran, Gapura Bajang Ratu dan Candi jabung
dipahatkan relief Seorang putri naik ikan. Relief tersebut menggambarkan Arwah
Sri Tanjung menuju alam baka dengan menaiki ikan. Sedangkan penyesalan
Sidapaksa karena telah membunuh Sri Tanjung dalam relief digambarkan seorang
laki-laki duduk termenung di tepi sungai.
Pada akhir cerita di Candi Panataran, dipahatkan relief Sri Tanjung dan Sidapaksa dalam posisi berpelukan. Sidapaksa dalam posisi duduk dan Sri Tanjung duduk diatas pangkuan Sidapaksa. Akhir Cerita, Sri Tanjung dan Sidapaksa hidup bersama dan bahagia.
Pesan moral
Dalam cerita ini adalah gelo, loro, tangis, tatu tibone neng mburi!, rasa percaya, cinta yang setia, dan buanglah semua rasa curiga.
~~ selamat berbagi kasih sayang dengan yang terkasih.
No comments:
Post a Comment