Dua orang muda-mudi, seorang pria dan seorang wanita, sedang mendaki gunung di tengah kabut yang tebal. Mereka tampak penuh semangat, mengenakan jaket tebal, topi, dan membawa ransel besar di punggung mereka. Langkah mereka mantap, namun perlahan-lahan, suasana berubah menjadi lebih sunyi dan misterius.
Kabut semakin menebal, menutupi pandangan mereka. Tiba-tiba, mereka melihat kilatan cahaya di kejauhan, seperti lampu-lampu yang berkedip. Mereka saling pandang, merasa bingung tetapi juga penasaran. Langkah mereka membawa mereka lebih dekat ke sumber cahaya itu.
Saat mereka mendekat, pemandangan yang tidak biasa terbuka di depan mata mereka. Di tengah-tengah kabut, muncul sebuah pasar yang ramai, dengan banyak orang berjualan berbagai macam barang. Namun, para penjualnya tampak aneh; beberapa dari mereka tidak memiliki bayangan, dan suara mereka terdengar seperti bisikan yang bergema. Barang-barang yang dijual pun bukan barang biasa—ada benda-benda kuno, makanan yang terlihat lezat tapi beraroma asing, serta perhiasan yang berkilau tapi memancarkan aura dingin.
Kedua muda-mudi itu merasa seakan-akan mereka telah melangkah ke dimensi lain. Meski perasaan aneh mulai merayapi mereka, rasa penasaran membuat mereka terus melangkah ke dalam pasar itu, bertanya-tanya apakah ini benar-benar Pasar Bubrah yang legendaris, tempat yang dikenal hanya oleh para pendaki berpengalaman.
Pasar Bubrah, dalam cerita ini, merupakan pertemuan antara realitas dan dunia gaib, membuat siapa pun yang menemukannya terperangkap antara rasa takut dan keingintahuan.
By. @Septadhana
#riosepta
Baca Juga :
No comments:
Post a Comment