Detektif Rio menghadapi Aksi Balasan DPR



Aksi Balasan DPR terhadap Detektif Rio

Setelah laporan investigatif Detektif Rio tentang dana reses DPR bocor ke publik, suasana Senayan mendidih. Media menggali setiap detail yang ia buka: perjalanan fiktif ke dapil, pembelian barang-barang mewah yang dilaporkan sebagai "bantuan masyarakat", bahkan bukti pencairan dana lewat koper tunai yang dibagi rata oleh tim sukses.

Namun, semakin kebenaran terkuak, semakin besar pula ancaman terhadap Rio.


1. Upaya Kriminalisasi

Rio tiba-tiba dipanggil oleh polisi dengan tuduhan "pencemaran nama baik pejabat negara" dan "penyebaran data ilegal". Anehnya, surat panggilan itu datang langsung sehari setelah salah satu anggota DPR berteriak di rapat paripurna:

“Siapa pun yang menghina marwah DPR, harus ditindak hukum!”

Rio tahu, ini bukan panggilan biasa. Semua bukti yang ia miliki bisa “diputarbalikkan” menjadi alat untuk menjerat dirinya. Tim kuasa hukum DPR berencana menuduhnya menyalahgunakan akses data rahasia negara.


2. Jebakan Hukum

Tak lama setelah itu, Rio dijebak dalam sebuah kasus transaksi mencurigakan. Rekening pribadinya tiba-tiba menerima transfer 500 juta rupiah dari rekening perusahaan cangkang yang terafiliasi dengan seorang anggota DPR. Keesokan harinya, headline media berbunyi:
“Detektif Rio Diduga Terlibat Suap Anggaran DPR”

Rio sadar, ini adalah framing halus—sebuah operasi hitam. Jika ia tidak bisa membuktikan transfer itu jebakan, maka publik bisa berbalik curiga padanya.


3. Percobaan Pembunuhan

Malam itu, Rio mengendarai mobilnya pulang dari kantor media investigasi yang menjadi partnernya. Di sebuah tikungan sepi, sebuah motor besar mendekat. Penumpangnya melepaskan tembakan tiga kali ke arah kaca mobil Rio. Untungnya, Rio sempat menunduk, dan hanya kaca belakang yang hancur berantakan.

Tak sampai di situ. Dua hari kemudian, apartemennya terbakar karena korsleting listrik "misterius". Namun hasil investigasi pribadi Rio menemukan kabel listrik di ruangannya dipotong secara sengaja, lalu diberi cairan mudah terbakar.


4. Tekanan Politik & Psikologis

Media mulai gencar memelintir fakta. Di televisi nasional, beberapa politisi senior menuduh Rio “agen asing” yang ingin merusak stabilitas bangsa. Rekaman CCTV yang dipalsukan menampilkan sosok mirip Rio sedang menyerahkan koper uang kepada seseorang di parkiran gedung DPR.

Rio dipaksa berada di posisi terpojok. Kawan-kawan lamanya di kepolisian pun mendapat tekanan agar “tidak membantu dia”. Telepon Rio disadap, setiap pergerakannya diawasi.


Namun, Rio tahu satu hal: semakin keras ia ditekan, semakin dekat ia dengan inti kebenaran.
Dan di balik layar, ada seorang “aktor utama” yang mengendalikan skandal dana reses ini—bukan sekadar oknum, melainkan sebuah sindikat politik lintas partai yang mempertahankan kekuasaan lewat uang rakyat.


By: @Septadhana




No comments: