Bab 1 — Jasad di Sungai
Polisi tiba beberapa menit kemudian. Tubuh seorang perempuan muda tanpa busana, membujur kaku di antara ranting dan sampah sungai. Di tangannya, masih menempel gelang emas yang sudah kusam oleh air.
Hasil identifikasi cepat menunjukkan nama: Dina Oktaviani (21), karyawati minimarket di Rest Area KM 72A Tol Cipularang, Purwakarta. Ia dilaporkan hilang dua hari sebelumnya oleh rekan kerja.
Bab 2 — Curahan yang Berujung Maut
Nama itu langsung dicatat Detektif Rio : Heryanto (27).
Dari pesan singkat di ponsel Dina, yang ditemukan di lokasi berbeda setelah dihapus pelaku, Detektif Rio menemukan percakapan terakhir:
Dina: “Aku cuma mau curhat sebentar, Kak. Aku masih kepikiran mantan.”Heryanto: “Datang aja ke rumah. Kita ngobrol baik-baik. Aku bantu kamu.”
Pesan itu dikirim Minggu sore, 5 Oktober 2025. Dan malam itu juga, Dina tak pernah kembali.
Detektif Rio menatap layar ponsel itu lama. “Pertemuan terakhir itu... jebakan.”
Bab 3 — Rumah Sunyi di Purwakarta
Dengan bantuan Tim Taktis Sanggabuana Polres Karawang, Detektif Rio menelusuri alamat Heryanto. Rumah kecil di pinggiran Purwakarta itu tampak biasa, tapi di dalamnya, aroma busuk kejahatan masih tersisa.
“Dia dicekik di sini,” gumam Detektif Rio. “Pelaku menyekapnya, lalu baru sadar... dia telah melampaui batas.”
Bab 4 — Jejak Mobil dan Sungai
Dalam pemeriksaan CCTV di jalan lintas Purwakarta–Karawang, terekam mobil minibus abu-abu lewat pukul 23.15. Di dalamnya, satu orang tampak gugup menyetir dengan lampu kabin menyala.
Detektif Riomemperbesar rekaman. “Itu Heryanto.”
Bab 5 — Pengakuan yang Dingin
“Kenapa kau lakukan itu, Heryanto?” tanya Detektif Riopelan.
Heryanto menunduk. “Dia... datang ke rumahku, cuma mau curhat. Tapi aku lagi banyak utang, Pak. Aku khilaf... aku cuma mau ambil barangnya buat bayar rentenir.”
Detektif Rio menatap tajam. “Lalu setelah dia mati? Apa itu juga khilaf?”
Tak ada jawaban. Hanya air mata penyesalan yang terlambat.
Bab 6 — Rekonstruksi Dosa
Dalam rekonstruksi kasus, Detektif Rio memperhatikan setiap detail. Saat Dina tiba, suasana normal. Mereka berbincang, minum teh. Ketika Dina hendak pulang, pelaku berusaha menahan, merayu, lalu mulai menyerang.
Tubuh Dina dibungkus kardus, diangkut menggunakan mobil, dan dibuang ke sungai.
Bab 7 — Sisi Gelap yang Terungkap
Heryanto menangis. “Saya tahu, Pak. Saya menyesal... saya cuma ingin bantu dulu, tapi lama-lama saya... merasa punya dia. Padahal bukan siapa-siapa.”
Detektif Rio berdiri. “Itu bukan cinta, Heryanto. Itu obsesi. Dan obsesi, bila tak dikendalikan, membunuh lebih cepat dari pisau.”
Bab 8 — Epilog: Air yang Menyimpan Rahasia
Kasus dilimpahkan ke Polres Purwakarta. Heryanto dijerat pasal berlapis—pembunuhan berencana, kekerasan seksual, dan perampasan. Ia terancam hukuman seumur hidup.
Detektif Rio berdiri di tepian Sungai Citarum tempat Dina ditemukan. Air kembali tenang. Namun baginya, sungai itu telah menjadi saksi bisu tentang kepercayaan yang dikhianati.
“Dina hanya ingin melupakan luka lamanya,” ujar Detektif Rio pelan. “Tapi justru bertemu dengan luka yang terakhir.”
Ia menatap jauh, angin lembut menyapu wajahnya. Kasus selesai, tapi rasa getirnya masih menggantung—tentang manusia yang bisa berubah menjadi monster hanya karena kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
🕯️ Kasus Dina Oktaviani menorehkan luka di hati banyak orang. Tapi bagi Detektif Detektif Rio , setiap luka adalah pesan: bahwa kejahatan sering lahir bukan dari kebencian… melainkan dari kelengahan.
No comments:
Post a Comment