(Kisah Investigasi Energi dan Konspirasi Distribusi Bahan Bakar Nasional)
Bab 1 — Pagi yang Brebet di Jawa Timur
Pagi itu, udara di Lamongan terasa lembap, namun bukan karena hujan. Bengkel-bengkel di sepanjang Jalan Panglima Sudirman mendadak penuh sesak. Puluhan sepeda motor berjejer dengan gejala sama: mesin brebet, tenaga hilang, bahkan mogok total.
“Pak Rio, ini aneh. Semua motor rusak usai isi bensin dari SPBU yang sama,” ujar Kapolres Lamongan, AKBP Agus Dwi Suryanto, sambil menunjuk ke daftar laporan. “Kami curiga BBM-nya tercampur zat lain, mungkin etanol atau air.”
Detektif Rio Ardiansyah, yang ditugaskan sebagai konsultan investigasi energi oleh Mabes Polri dan Kementerian ESDM, mengernyit. “Motor-motor injeksi jarang rusak serentak seperti ini, kecuali bahan bakarnya bermasalah secara sistemik.”
Rio memungut sampel bensin dari salah satu tangki motor. Ia mengguncangnya perlahan, lalu menatapnya di bawah cahaya matahari. Ada lapisan tipis transparan di dasar botol — seperti air atau alkohol. “Ya, ini bukan bensin murni. Tapi… siapa yang mencampur, dan mengapa?” gumamnya.
Bab 2 — Sidak di Tengah Panas Jalan Raya Soekarno-Hatta, Jombang
Keesokan harinya, Rio bergabung dengan tim Tipidter Polres Jombang dan Dinas Perdagangan melakukan sidak ke SPBU Mojongapit.
Tangki bawah tanah diperiksa, selang distribusi dibongkar, hingga sampel diambil dari pompa utama.
“Secara visual, BBM tampak normal,” ujar Ipda Heru Prastyo.
Rio mengambil satu sampel ke laboratorium portabelnya. Setelah meneteskan indikator kromatografi, warna cairan berubah menjadi biru kehijauan — tanda adanya etanol lebih dari 10%.
Rio menghela napas panjang. “Kalau etanolnya setinggi ini, bisa merusak sistem injeksi motor. Tapi Pertamina tidak mungkin mendistribusikan bahan seburuk ini… kecuali ada yang memanipulasi di jalur distribusi.”
Bab 3 — Jejak Tangki Hantu di Bojonegoro
Melalui catatan distribusi Pertamina Patra Niaga, Rio menelusuri perjalanan BBM dari Terminal BBM Gresik hingga SPBU di Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro.
Di peta digitalnya, satu hal mencurigakan muncul: ada truk tangki nomor polisi B 9742 PT yang melakukan pengisian ganda di dua depot berbeda — dan tercatat “tidak kembali” ke depot pada waktu normal.
“Truk ini berhenti di gudang tak berizin di perbatasan Babat,” kata Rio.
Bersama tim Taktis Sanggabuana, Rio menemukan gudang penampungan gelap berisi drum-drum berlabel “etanol industri”.
Bau menyengat menusuk hidung mereka.
Rio menyalakan senter UV — percikan warna ungu tampak pada permukaan drum. “Campuran ini dibuat untuk menghemat biaya tapi jelas melanggar standar RON 90. Pelaku bisa menghancurkan ribuan mesin rakyat,” ujarnya dingin.
Bab 4 — Pertarungan di Balik Kilang
Saat hasil investigasi diserahkan ke Komisi XII DPR RI, suasana rapat tertutup menjadi panas.
Ketua Komisi, Bambang Patijaya, menatap laporan Rio.
“Jadi, saudara mengatakan campuran etanol itu tidak berasal dari Pertamina?”
“Benar,” jawab Rio tegas. “Ada pihak swasta yang mengalirkan etanol murah ke tangki distribusi. Mereka memanfaatkan celah kontrol logistik dan tanda pengiriman digital yang dimanipulasi.”
Beberapa anggota komisi saling pandang. Ada aroma politik di balik pengoplosan BBM ini — mungkin berkaitan dengan subsidi energi dan permainan tender distribusi.
“Dan lebih parah,” lanjut Rio, “campuran ini sudah merembes ke beberapa SPBU di Lamongan, Bojonegoro, hingga Jombang. Jika tidak ditangani cepat, ini bisa meluas ke seluruh Jawa Timur.”
Bab 5 — Pembongkaran di Tengah Malam
Malam 29 Oktober 2025, tim gabungan yang dipimpin Rio melakukan operasi diam-diam di gudang Babat.
Di sana, mereka menangkap tiga orang teknisi tangki ilegal yang sedang mencampurkan Pertalite curian dengan etanol industri 96%.
Salah satu pelaku, operator logistik bernama Wira Santoso, mengaku mendapat perintah dari “orang dalam” jaringan distribusi.
“Bos bilang, campur dikit aja biar hemat. Katanya etanol juga dari pabrik biofuel. Kami cuma nurut.”
Rio menatap dingin. “Yang kalian campur bukan sekadar bensin — kalian menghancurkan kepercayaan publik dan membuat ribuan warga rugi.”
Bab 6 — Laporan ke Jakarta
Keesokan harinya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menerima laporan akhir dari tim Lemigas dan Rio.
“Kesimpulannya jelas: pencampuran ilegal di jalur distribusi. Bukan dari kilang Pertamina,” ujar Rio sambil menyerahkan bukti uji laboratorium dan logistik digital.
Bahlil mengangguk pelan. “Kita akan tindak tegas. Dan saya minta Rio, tetap awasi proses pemulihan ini. Publik harus tahu kebenaran.”
Bab 7 — Epilog: Suara Mesin Kembali Normal
Seminggu kemudian, warga Lamongan, Tuban, dan Jombang mulai beraktivitas seperti biasa. Motor-motor kembali melaju di jalanan. SPBU diawasi ketat.
Di sebuah bengkel kecil, mekanik Anas tersenyum. “Motor-motor sekarang udah normal lagi. Kayaknya bahan bakarnya udah bagus.”
Sementara itu, di sebuah kafe di Surabaya, Detektif Rio duduk menatap laporan terakhirnya.
Kasus selesai, tapi pikirannya masih berputar.
“Selama bahan bakar menjadi urat nadi rakyat, selalu ada yang tergoda untuk menodainya demi uang,” gumamnya.
Ia menyalakan motornya — suara mesinnya menderu halus, tanpa brebet.
Catatan Penutup:
Kasus “Motor Mogok Massal Jawa Timur” menjadi pelajaran bahwa integritas dalam distribusi energi nasional adalah hal vital. Investigasi Detektif Rio membuktikan bahwa kebenaran teknis sering kali tersembunyi di balik kabut kepentingan ekonomi dan politik.
No comments:
Post a Comment