Detektif Rio dan Kasus Pembakaran Misterius di Jojoran 3

(Kisah Investigasi Drama Surabaya)




ADEGAN 1 – PAGI PANIK DI JOJORAN 3

Suara teriakan “Maling! Maling motor!” menggema di gang sempit Jojoran 3, Gubeng, Surabaya. Warga berhamburan keluar rumah. Seorang pria berjaket hitam tampak menyalakan motor matic dan melaju kencang ke ujung gang.

Dian Mieke, pemilik motor itu, berlari tanpa alas kaki sambil berteriak histeris. Ibunya yang mendengar ikut keluar rumah. Warga lain spontan mengejar.

Beberapa meter kemudian, motor si pencuri oleng menabrak tiang listrik. Warga berhasil menangkapnya. Emosi memuncak—teriakan, makian, dan dorongan membuat suasana kacau. Seseorang berinisiatif mengikat pelaku ke tiang listrik, bahkan menyiram sedikit bensin “buat nakutin.”

Namun tak lama kemudian, api tiba-tiba menyambar.

Warga menjerit. Tubuh si pencuri terbakar. Seseorang mencoba menolong dengan air, sebagian lagi berlari mencari kain basah.


ADEGAN 2 – KEDATANGAN DETEKTIF RIO

Beberapa jam setelah kejadian, Detektif Rio Santoso tiba di lokasi. Pria itu mengenakan jas krem dengan papan identitas kepolisian tergantung di saku. Ia datang bersama Kapolsek Gubeng, Kompol Eko Sudarmanto.

Rio menatap bekas pembakaran di aspal yang masih berbau bensin.
“Api tak mungkin muncul sendiri,” katanya pelan.
Eko menatapnya, “Katanya warga, api muncul pas petugas mau potong tali pake korek.”

Rio berjongkok, menyentuh aspal dengan sarung tangan lateks. “Tapi lihat ini,” ujarnya menunjuk noda kecil seperti jelaga bercampur minyak.
“Kalau memang hanya percikan korek, seharusnya tidak sebesar ini. Ada jejak api merembet. Bisa jadi ada bahan pemicu.”


ADEGAN 3 – WAWANCARA DENGAN SAKSI

Di rumah Dian Mieke, Rio berbicara lembut.
“Bu Dian, saya ingin tahu urutan kejadiannya dari awal.”
Dian masih terlihat gemetar. “Saya baru jemput anak dari sekolah. Motor saya parkir di depan rumah. Pas saya ambil dompet di dalam, tiba-tiba motor bunyi dan dibawa orang itu.”

“Lalu Ibu teriak?”
“Iya, saya teriak maling. Warga keluar, lalu kejar sampai ke ujung gang.”

Rio mencatat cepat di buku kecilnya. “Ibu tahu siapa yang pertama kali menyiram bensin?”
Dian menggeleng. “Enggak tahu pasti, ramai sekali waktu itu. Katanya cuma buat nakutin biar gak kabur.”


ADEGAN 4 – JEJAK DI TKP

Rio berjalan lagi ke lokasi. Di bawah tiang listrik, ia menemukan sisa tali nilon setengah meleleh.
Ia mengendus bau samar dari tanah. “Hmm… ini bukan hanya bensin kendaraan.”
Ia memanggil tim forensik lapangan. “Ambil sampel di sini. Ada indikasi cairan hidrokarbon dengan kadar tinggi. Mungkin spiritus atau cairan pembersih industri.”

Eko mengernyit. “Maksudmu, ada yang sengaja menambah bahan bakar api?”
Rio menjawab, “Kemungkinan besar. Dan saya yakin bukan warga biasa.”


ADEGAN 5 – PENELUSURAN IDENTITAS PELAKU

Di ruang interogasi Polsek Gubeng, Rio menatap data yang baru diterimanya.
Nama pelaku: Andri Sumarno, 34 tahun. Residivis curanmor, baru keluar penjara dua bulan lalu.

Namun Rio menemukan keanehan—telepon genggam Andri yang diamankan petugas berisi pesan dari nomor tak dikenal:

“Target Jojoran 3. Ambil cepat, jangan sampai ketahuan. Kalau gagal, buang barangnya.”

Rio menatap layar ponsel itu lama. “Ini bukan curanmor biasa. Ada yang menyuruhnya.”


ADEGAN 6 – JEJAK PEMESAN DAN PEMBAKARAN

Tim cyber crime menelusuri nomor misterius itu. Hasilnya: nomor tersebut aktif menggunakan kartu prabayar yang didaftarkan dengan identitas palsu. Namun lokasi terakhir sinyalnya terdeteksi di Pasar Keputran, sekitar dua kilometer dari Jojoran.

Rio dan Eko segera bergerak. Di lapak penjual onderdil motor bekas, mereka menemukan kamera CCTV kecil menghadap jalan. Dalam rekaman, terlihat seseorang bertopi hitam berdiri di dekat gang, menyalakan sesuatu—kemungkinan korek besar atau pemantik butana—beberapa detik sebelum kobaran api muncul.

Rio menatap layar itu dengan sorot tajam.
“Ini bukan kecelakaan. Ini pembakaran yang direncanakan. Tujuannya—menghilangkan jejak siapa yang menyuruh Andri.”


ADEGAN 7 – FAKTA TERUNGKAP

Dari hasil penyelidikan lanjutan, diketahui bahwa Andri merupakan bagian dari jaringan pencuri motor yang menjual hasil curian ke bengkel modifikasi ilegal di kawasan Sidoarjo. Pemimpin kelompok itu dikenal dengan nama samaran “Haji Darto”, mantan montir yang menjadi dalang di balik perdagangan motor curian lintas kota.

Andri yang gagal menjalankan tugasnya dianggap membahayakan operasi jaringan, sehingga mereka mengatur “pembersihan” cepat di lokasi—menyulut api untuk membungkamnya sebelum bisa bicara.


ADEGAN 8 – PENUTUP: KEBENARAN DAN API

Malam itu, Rio berdiri di depan tiang listrik Jojoran 3 yang kini tinggal bekas hitam di aspal. Lampu jalan temaram, angin malam membawa bau bensin yang samar.

“Kadang api tak hanya membakar tubuh,” gumamnya, “tapi juga membakar rahasia yang belum sempat terungkap.”

Kapolsek Eko menghampirinya. “Dalangnya sudah kami amankan. Bengkel di Sidoarjo itu kita gerebek tadi sore.”
Rio mengangguk. “Bagus. Semoga ini jadi pelajaran bahwa keadilan tak lahir dari amarah.”

Ia menatap jauh ke arah gang sepi itu, lalu berjalan pelan ke mobilnya.
Di kaca spion, nyala lampu jalan tampak seperti sisa api kecil yang enggan padam — simbol dari kebenaran yang selalu menyala, meski di tengah kegelapan.





TAMAT
(Sebuah kisah investigasi Detektif Rio — Surabaya, 30 Oktober 2025)

By. @RSW

No comments: