Banjir dan longsor melanda tiga provinsi di Pulau Sumatra—Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh—sejak akhir November 2025. Bencana ini menyebabkan ratusan orang meninggal dunia, puluhan ribu mengungsi, serta rumah dan fasilitas umum rusak atau hanyut terbawa arus.
Penyebab Utama Menurut Badan Geologi
Tiga faktor utama pemicu bencana adalah:
-
Curah hujan ekstrem
-
Kondisi geomorfologi yang curam
-
Struktur batuan (litologi) yang lapuk dan mudah tererosi
“Curah hujan ekstrem menjadi faktor paling dominan,” kata Lana Saria dari Badan Geologi.
Data Korban Bencana
Hingga Minggu malam (30/11), BNPB mencatat:
Sumatra Utara
-
217 orang meninggal dunia
-
209 orang belum ditemukanSebagian besar korban ditemukan di wilayah Tapanuli Selatan.
Aceh
-
96 orang meninggal
-
75 orang hilangData berasal dari 11 kabupaten/kota terdampak.
Sumatra Barat
-
129 orang meninggal
-
118 orang belum ditemukan
Menurut Kepala BNPB, kondisi Sumatra Barat mulai membaik karena hujan sudah berhenti, namun Sumatra Utara dan Aceh masih sangat terdampak.
Selain itu:
-
43 jembatan putus
-
31 ruas jalan terputus
-
35 lokasi terjadi longsor
Pemerintah Gerak Cepat untuk Pemulihan
Menko PMK Pratikno menegaskan pemerintah akan mempercepat pemulihan layanan dasar.
“Tanggap darurat harus segera selesai agar proses rehabilitasi dan rekonstruksi bisa dimulai,” ujarnya.
Jumlah pengungsi terus bertambah, terutama warga yang sebelumnya mengungsi mandiri dan kini pindah ke titik pengungsian resmi. Pemerintah juga mempercepat pembangunan hunian sementara bagi warga yang kehilangan rumah.
Mengapa Bencana Bisa Sebesar Ini?
Menurut Dr. Annisa Trisnia Sasmi dari Fakultas Geografi UMS, bencana ini tidak memiliki satu penyebab tunggal. Ini terjadi karena pertemuan antara:
-
Ancaman alam (hazard)
-
Kerentanan wilayah
-
Rendahnya kapasitas penanggulangan
1. Faktor Alam: Hujan Ekstrem dan Siklon
Daerah yang terdampak juga banyak berada di dataran rendah atau hilir sungai, sehingga menjadi tempat berkumpulnya aliran air dari pegunungan.
2. Kondisi Tanah Tidak Mampu Menyerap Air
-
tanah cepat jenuh
-
air berubah menjadi limpasan permukaan
-
sungai tidak mampu menampung debit air
Ini menyebabkan banjir besar dalam waktu singkat.
3. Faktor Manusia: Deforestasi dan Alih Fungsi Lahan
Bencana diperparah oleh kerusakan lingkungan, seperti:
-
pembalakan liar di Bukit Barisan
-
perluasan perkebunan sawit
-
pembangunan di bantaran sungai
-
pertambangan
-
pembangunan infrastruktur di area rawan longsor
“Ketika vegetasi hilang, air hujan langsung menjadi aliran permukaan dan berubah menjadi banjir bandang,” jelas Annisa.
Mitigasi Bencana yang Perlu Dilakukan
1. Pemulihan kawasan hulu DAS
-
reforestasi
-
pemulihan hutan lindung
-
memperkuat sabuk hijau
2. Peninjauan ulang izin pemanfaatan lahan
Terutama pembangunan di:
-
bantaran sungai
-
lereng rawan longsor
3. Perbaikan infrastruktur sungai
-
pengerukan sedimen
-
perbaikan drainase
-
zona resapan air
4. Pembangunan sistem peringatan dini
Terhubung dengan masyarakat desa dan sekolah.
5. Relokasi jika diperlukan
Untuk wilayah yang berada tepat di jalur banjir atau longsor.
Perlukah Status Bencana Nasional?
Menurut ahli kebencanaan UMS Prof. Kuswaji Dwi Priyono, pemerintah lambat menetapkan status ini sebagai bencana nasional.
Ia menjelaskan bahwa status bencana nasional tidak hanya dilihat dari banyaknya korban, tetapi dari:
-
kemampuan daerah menangani bencana
-
kebutuhan mobilisasi sumber daya nasional
-
dampak lintas provinsi
Bencana Sumatra 2025 berdampak pada tiga provinsi, memutus logistik, dan melemahkan layanan dasar.
Namun pemerintah pusat menilai penanganan masih dapat dilakukan di tingkat daerah dengan dukungan pusat, sehingga status belum dinaikkan.
Kuswaji menegaskan:
“Pertanyaannya bukan lagi apakah layak menjadi bencana nasional, tetapi apakah penanganan saat ini cukup untuk skala kerusakan yang terjadi.”
No comments:
Post a Comment