Thursday, December 25, 2025

Detektif Rio - Ketakutan Audit - Dana Desa Berujung Petaka

Jejak Api di Neglasari



Api itu telah padam, tetapi baunya masih menggantung di udara.
Dinding kantor desa Neglasari berdiri seperti saksi bisu—hitam, retak, dan kosong. Di antara puing-puing arang itulah Rio, seorang detektif kepolisian berpengalaman, berdiri diam. Matanya menyapu setiap sudut, seolah api belum sepenuhnya pergi.

“Ini bukan kebakaran biasa,” gumamnya pelan.

Kebakaran terjadi pukul 02.30 dini hari. Waktu yang terlalu sepi. Terlalu tepat.

Rio berjongkok, menyentuh lantai yang mengelupas. Bau bahan bakar masih samar tercium. Ia menutup mata sesaat—ini pembakaran yang disengaja. Seseorang ingin menghapus sesuatu.

Saksi yang Ketakutan
Di rumah kecil tak jauh dari lokasi, Rio menemui seorang warga tua. Tangannya gemetar saat bercerita.

“Saya lihat motor berhenti sebentar, Pak… lampunya mati. Orangnya turun, cepat sekali. Lalu api menyala.”

Rio menajamkan pandangan. “Anda kenal orang itu?”

Warga itu terdiam lama. Keringat dingin menetes di pelipisnya.

“Posturnya… seperti orang yang sering ke kantor desa.”
Jawaban itu cukup.
Berkas yang Terlalu Bersih

Di antara abu dan puing, satu hal justru terasa janggal. Lemari arsip paling dalam terbakar habis, lebih parah dari bagian lain.

“Biasanya api tak memilih,” kata Rio pada timnya. “Tapi kali ini, berkas-berkas itu seolah jadi target utama.”

Tim forensik mengonfirmasi: jejak BBM ditemukan di beberapa titik. Api dinyalakan dengan perhitungan matang. Tidak panik. Tidak asal.

Rio mulai bertanya:
Apa yang disembunyikan hingga harus dibakar?
Tekanan dari Rakyat

Jawabannya muncul dari suara jalanan.
Warga desa telah berulang kali berdemo, menuntut transparansi dana desa. Proyek bernilai miliaran rupiah tanpa kejelasan. Spanduk, teriakan, dan kecurigaan menumpuk seperti bara yang menunggu percikan.

“Api ini muncul setelah demo,” ujar Rio. “Terlalu kebetulan.”
Nama Wowon, Kepala Desa Neglasari, mulai sering disebut. Warga mengenalnya—bukan karena prestasi, tapi karena aroma penyelewengan yang lama tercium.

Retak di Balik Keluarga
Penyelidikan mengarah ke satu lingkaran terdekat: keluarga.
Rio memanggil Budiman, kakak sang kepala desa. Wajahnya tenang, tapi suaranya bergetar saat ditanya soal kebakaran.

“Kami… hanya takut, Pak,” ucapnya lirih.
“Takut apa?”
“Takut audit. Takut semuanya terbongkar.”
Kata-kata itu jatuh seperti palu.

Pengakuan
Tak butuh waktu lama. Bukti forensik, saksi, dan tekanan psikologis menyatu.

Wowon akhirnya tertunduk.
“Saya cuma ingin waktu,” katanya. “Saya pikir… jika berkas itu hilang, semuanya selesai.”

Rio menatapnya dingin.
“Api tidak menghapus kebenaran. Ia hanya membuatnya semakin terang.”

Akhir yang Membara
Wowon dan Budiman ditetapkan sebagai tersangka.
Pasal pembakaran menanti mereka, bersama bayang-bayang hukuman panjang.

Sementara itu, Rio kembali ke puing kantor desa. Angin sore menggerakkan abu sisa kebakaran. Desa Neglasari masih luka, dokumen hilang, kepercayaan rakyat runtuh.

Namun satu hal pasti:
kebenaran tak ikut terbakar malam itu.
Rio menyalakan rokok, menatap langit yang mulai gelap.
“Kasus ditutup,” katanya pelan.
“Tapi pelajarannya akan lama membara.”



@RSW

No comments: