Kabupaten Aceh Tamiang menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak banjir bandang dan longsor pada Rabu (26/11). Selama lebih dari sembilan hari, daerah ini tanpa bantuan, tanpa listrik, tanpa air bersih, dan tanpa jaringan komunikasi.
Arif, warga Kampung Dalam, menggambarkan kondisi kotanya seperti “kota zombie” — hancur, gelap, dan dipenuhi bau bangkai.
Baru pada Kamis (04/12) dini hari, Gubernur Aceh Muzakir Manaf berhasil masuk ke wilayah tersebut sambil membawa 30 ton bantuan berisi air minum, beras, mi instan, biskuit, telur, dan obat-obatan.
Pemerintah pusat juga berjanji mempercepat penanganan bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Detik-detik Kota Tenggelam
Menurut Arif, hujan deras turun sejak Minggu hingga Selasa, lalu memuncak di hari Rabu. Saat mengantar istrinya bekerja, ia kaget melihat kantor sang istri sudah terendam setinggi lutut.
Kampung Dalam biasanya aman dari banjir karena berada di dataran tinggi. Namun kali ini berbeda.
Di dini hari, tetangganya menggedor pintu.
“Bang, bangun… air sudah sampai halaman!”
Arif dan 14 orang lainnya berlari ke masjid dua lantai. Dalam waktu tiga jam, banjir sudah setinggi pinggang orang dewasa. Sekitar 500 orang menumpuk di masjid, termasuk seorang perempuan yang akhirnya melahirkan di sana.
Tiga hari berlalu, tak ada bantuan. Banjir hampir mencapai lantai dua masjid.
Anak-anak mulai lapar dan kehausan, termasuk dua anak Arif yang masih sangat kecil.
Nekat Berenang Demi Air Minum
Pada Sabtu (29/11), Arif nekat menerobos banjir setinggi 1,5 meter untuk kembali ke rumahnya mengambil air dari toren.
Ketika banjir mulai surut sedikit, ia membawa keluarganya dan 14 orang lainnya tidur di loteng. Mereka hanya makan apa pun yang masih bisa diselamatkan: beras terendam, mi instan, atau makanan apa saja yang tersisa.
Situasi semakin buruk. Anak-anak mulai sakit: batuk, lemas, dan gatal-gatal.
Kota Tanpa Hukum: Penjarahan di Mana-mana
Karena tak ada bantuan dan bahan makanan habis, warga mulai menjarah toko-toko. Harga beras melonjak hingga Rp250.000 per 10 kg.
Kondisi kota benar-benar kacau:
-
Listrik mati total
-
Air bersih tidak ada
-
Jaringan komunikasi putus
-
Jalan tertutup lumpur setebal 50 cm
-
Banyak rumah rusak parah
Bau bangkai hewan, bahkan kemungkinan mayat manusia, tercium di banyak lokasi.
“Seperti kota mati… seperti kota zombie.”
Saat malam, kota gelap total. Saat siang, semua orang keluar hanya untuk berharap ada makanan.
Harapan Muncul dari Laut
Seorang kenalan Arif yang datang berjalan kaki dari perbatasan Aceh–Sumut selama tiga hari menjadi secercah harapan. Ia membawa kabar bahwa ada jalur laut menuju Sumatera Utara menggunakan kapal nelayan.
Arif dan 15 orang lainnya berusaha mengumpulkan biaya. Mereka meminjam uang Rp3 juta dari seorang pemilik apotek untuk biaya perjalanan.
Perjalanan mereka:
-
Jalan kaki 2 km ke Kuala Simpang
-
Naik truk ke Langkat
-
Menumpang kapal nelayan selama dua jam
-
Tiba di Pangkalan Susu, baru mendapat sinyal dan bantuan
Di sana mereka mendapat makanan, minuman, dan perawatan sebelum akhirnya dijemput keluarga.
Menjemput Lewat Jalur Darat yang Ekstrem
Dedy Tanjung, warga Medan, nekat naik motor malam hari untuk menjemput keponakannya. Perjalanan gelap, penuh lumpur, dan masih dikepung banjir di beberapa titik.
Ia menggambarkan kota itu:
“Mencekam… seperti baru dihantam tsunami.”
Bau bangkai hewan sangat menyengat, rumah-rumah banyak yang hanyut, dan banyak warga dilaporkan hilang.
Beruntung keponakannya selamat di posko pengungsian.
Laporan Wartawan: ‘Hancur Lebur, Rata dengan Tanah’
Wartawan Kompas TV yang berhasil masuk pada 2 Desember menggambarkan kondisi Kuala Simpang:
-
Banyak desa rata dengan tanah
-
Puing-puing dan lumpur di mana-mana
-
Aroma bangkai tercium di banyak titik
-
Warga sangat kekurangan makanan dan air
-
RSUD Aceh Tamiang hancur total
Akses ke Aceh Tamiang sempat terputus total, sehingga wartawan pun harus berganti kendaraan berkali-kali dan berjalan kaki.
Akses Bantuan Mulai Terbuka
Mulai 3–4 Desember:
-
Jalur darat via Langkat, Sumut, mulai terbuka
-
Truk BBM dan logistik bisa masuk
-
PLN mengirim genset untuk bantuan listrik
-
Gubernur Aceh datang membawa 30 ton sembako
Jembatan dan fasilitas umum masih dalam perbaikan.
Korban
Data terbaru BNPB:
-
42 orang meninggal di Aceh Tamiang (warga meyakini lebih banyak)
-
215.652 warga mengungsi
-
Total korban bencana di seluruh Aceh:
-
471 meninggal
-
354 hilang
-
1.900 luka
-

No comments:
Post a Comment