Membuat Konten Youtube dengan Teknik Pembuatan Video Cinematic - Class 8

Untuk membuat video dengan tampilan cinematic, ada beberapa teknik pengambilan gambar atau video yang umum digunakan. Teknik-teknik ini membantu menciptakan suasana, visual, dan kualitas sinematik yang mirip dengan film layar lebar. 

Berikut adalah beberapa teknik utama:


1. Frame Rate
24 fps (Frame Per Second) adalah frame rate standar untuk film. Frame rate ini memberikan gerakan yang lebih natural dan filmis dibandingkan frame rate yang lebih tinggi (seperti 30 atau 60 fps) yang lebih sering digunakan dalam video televisi atau dokumenter.

2. Aspect Ratio
Aspect Ratio 16:9 adalah format standar layar lebar untuk video, tetapi untuk tampilan lebih sinematik, sering digunakan 2.35:1 atau 2.39:1. Ini menghasilkan tampilan "letterbox" (garis hitam di atas dan bawah) yang khas film bioskop.

3. Depth of Field
Shallow Depth of Field (DoF) atau latar belakang yang buram dengan objek yang tajam di latar depan sangat umum dalam film sinematik. Ini dicapai dengan menggunakan lensa dengan aperture lebar (seperti f/2.8 atau lebih besar) yang menghasilkan efek bokeh di latar belakang.

4. Lighting
Pencahayaan sangat penting untuk menciptakan suasana. Penggunaan three-point lighting (key light, fill light, backlight) atau pencahayaan alami yang lembut dapat memberikan efek dramatis dan sinematik.
Natural light atau golden hour lighting (saat matahari terbit atau terbenam) juga sering digunakan untuk mendapatkan pencahayaan sinematik yang hangat dan menarik.

5. Camera Movement
Gerakan kamera halus dengan gimbal atau dolly memberikan ilusi sinematik. Beberapa teknik gerakan kamera yang umum:
Tracking shots (kamera mengikuti subjek bergerak)
Dolly shots (kamera bergerak maju/mundur dengan subjek)
Crane shots (kamera bergerak dari bawah ke atas atau sebaliknya)
Steadicam untuk pengambilan gambar halus selama gerakan.

6. Composition dan Framing
Gunakan aturan komposisi seperti rule of thirds, leading lines, dan symmetry untuk menciptakan frame yang menarik. Penggunaan negative space juga dapat menambah efek dramatis.
Wide shots sering digunakan untuk menunjukkan skala dan suasana tempat, sementara close-up shots digunakan untuk menonjolkan emosi karakter.

7. Color Grading
Color grading adalah proses pasca-produksi di mana warna video diatur untuk menciptakan mood atau suasana tertentu. Misalnya, film-film sinematik sering menggunakan teal and orange untuk menciptakan kontras yang menarik antara kulit manusia dan latar belakang.
Gunakan software seperti DaVinci Resolve atau Adobe Premiere untuk melakukan color grading.

8. Sound Design
Video sinematik sering disertai dengan soundtrack yang mendukung suasana dan mood cerita. Penggunaan efek suara halus, musik latar, dan dialog yang direkam dengan baik juga sangat penting untuk memberikan efek sinematik.

9. Slow Motion
Menggunakan slow motion (biasanya diambil dengan frame rate yang lebih tinggi, seperti 60 fps atau lebih) sering digunakan untuk menonjolkan momen-momen dramatis.

10. Lens Choices
Menggunakan prime lenses dengan aperture besar (f/1.4 hingga f/2.8) dapat menciptakan efek bokeh dan kedalaman yang lebih tajam. Lensa sinematik biasanya memiliki panjang fokus tetap dan memberikan hasil gambar yang lebih baik dibandingkan lensa zoom.

Dengan menggabungkan teknik-teknik di atas, hasil video bisa memiliki tampilan yang jauh lebih sinematik dan mendekati standar film layar lebar.

Berikut adalah beberapa teknik pengambilan gambar atau video yang umum digunakan dalam produksi film dan video, termasuk deskripsi singkatnya:

1. Panning
Definisi: Kamera tetap diam di tempatnya (biasanya di tripod), tetapi bergerak horizontal dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Fungsi: Mengikuti subjek yang bergerak atau memperlihatkan pemandangan yang luas.

2. Tilting
Definisi: Kamera tetap diam, tetapi bergerak secara vertikal dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Fungsi: Digunakan untuk menunjukkan ukuran objek, seperti bangunan tinggi atau orang dari ujung kaki ke kepala.

3. Tracking Shot
Definisi: Kamera bergerak mengikuti subjek yang bergerak, biasanya menggunakan rel atau dolly.
Fungsi: Memberikan kesan bahwa penonton ikut bergerak bersama subjek.

4. Dolly Shot
Definisi: Kamera bergerak maju atau mundur menuju subjek atau menjauh darinya, biasanya menggunakan alat dolly (rel atau roda).
Fungsi: Menambah kedalaman visual atau memberi fokus lebih dekat pada subjek.

5. Crane Shot
Definisi: Kamera bergerak ke atas atau ke bawah menggunakan alat bantu crane atau jib, memberikan pandangan dari ketinggian.
Fungsi: Untuk menangkap pemandangan luas dari atas atau memberikan efek dramatis dengan perubahan ketinggian yang besar.

6. Zoom
Definisi: Lensa kamera memperbesar atau memperkecil subjek, sehingga tampak lebih dekat atau lebih jauh.
Fungsi: Mengarahkan fokus visual pada suatu objek tanpa menggerakkan kamera.

7. Handheld Shot
Definisi: Kamera dipegang oleh operator tanpa bantuan stabilizer, memberikan hasil gambar yang bergerak-gerak atau "shaky".
Fungsi: Memberikan kesan real-time atau intensitas tinggi, sering digunakan dalam film aksi atau dokumenter.

8. Steadicam Shot
Definisi: Kamera dipasang pada stabilizer khusus (Steadicam) sehingga gerakan kamera menjadi sangat halus meski operator bergerak.
Fungsi: Memberikan hasil yang mulus tanpa getaran saat mengikuti subjek.

9. Over the Shoulder (OTS)
Definisi: Pengambilan gambar dari belakang bahu seseorang, biasanya untuk menangkap percakapan antara dua orang.
Fungsi: Memberikan perspektif bahwa penonton ikut terlibat dalam interaksi karakter.

10. Point of View (POV)
Definisi: Kamera menampilkan apa yang dilihat oleh karakter, sehingga seolah-olah penonton melihat dari mata karakter tersebut.
Fungsi: Menambah keterlibatan penonton dengan perspektif subyektif karakter.

11. Dutch Angle (Canted Angle)
Definisi: Kamera diatur dalam posisi miring sehingga horizon tidak sejajar dengan frame.
Fungsi: Digunakan untuk menciptakan perasaan ketidakstabilan atau kegelisahan, sering digunakan dalam adegan psikologis atau action.

12. Rack Focus
Definisi: Fokus kamera dipindahkan secara cepat dari satu objek ke objek lain dalam satu frame.
Fungsi: Mengarahkan perhatian penonton dari satu objek ke objek lain dalam adegan yang sama.

13. Aerial Shot
Definisi: Diambil dari udara, biasanya menggunakan drone atau helikopter.
Fungsi: Memberikan pandangan luas dari atas, sering digunakan untuk pemandangan atau lokasi besar.

14. Establishing Shot
Definisi: Pengambilan gambar luas untuk memberikan konteks lokasi atau situasi sebelum adegan dimulai.
Fungsi: Memperkenalkan tempat atau latar kepada penonton.

15. Close-Up
Definisi: Kamera difokuskan sangat dekat pada objek tertentu, sering kali wajah karakter, untuk menonjolkan detil atau emosi.
Fungsi: Menampilkan ekspresi karakter atau detail penting pada objek.

16. Extreme Close-Up
Definisi: Pengambilan gambar yang sangat dekat pada bagian kecil objek atau wajah, seperti mata atau cincin.
Fungsi: Meningkatkan intensitas dramatis dengan menunjukkan detail spesifik.

17. Long Shot (Wide Shot)
Definisi: Subjek tampak jauh, memberikan pandangan penuh dari adegan atau lingkungan sekitar.
Fungsi: Untuk menunjukkan hubungan antara subjek dan lingkungannya, sering digunakan untuk menampilkan latar atau skala.

18. Medium Shot
Definisi: Kamera menampilkan subjek dari pinggang ke atas, sering digunakan dalam percakapan atau interaksi.
Fungsi: Seimbang antara menampilkan emosi karakter dan menunjukkan konteks sekitar.

19. High Angle Shot
Definisi: Kamera ditempatkan lebih tinggi dari subjek, sehingga terlihat dari atas.
Fungsi: Membuat subjek terlihat lebih kecil atau lemah.

20. Low Angle Shot
Definisi: Kamera ditempatkan lebih rendah dari subjek, sehingga terlihat dari bawah.
Fungsi: Membuat subjek tampak dominan atau kuat.

Menggunakan berbagai teknik ini akan memberikan variasi visual yang kuat dalam produksi film atau video, membantu dalam bercerita, membangun suasana, dan menciptakan pengalaman yang menarik bagi penonton.


Hasil Karya Siswa, Membuat Video Cinematic, Siswa Masih Mengerjakan masih dalam proses....


By. @Septadhana

No comments: