Cerita ; Simetri Cermin (lanjutan dari Perjamuan Sunyi dan Resonansi Terakhir)

Penyelidikan Lanjutan dari “Perjamuan Sunyi” dan Hubungannya dengan Kasus “Resonansi Terakhir”


Bab 7: Hantu dari Resonansi

Dua minggu setelah kasus Perjamuan Sunyi, Detektif Rio kembali ke Jakarta, namun pikirannya terus dihantui. Bukan oleh darah, tapi oleh struktur: bagaimana kedua korban, Felia dan Edwin, meninggalkan pesan dengan pola — seolah saling berkaitan meski berbeda tempat dan waktu.

Rio mencetak ulang semua foto TKP: partitur milik Felia dan lukisan aksara Kawi milik Edwin. Ia meletakkannya berdampingan.

Satu fakta muncul:
Tata letak huruf “D♯” di partitur dan simbol tengah dari lukisan Edwin memiliki posisi simetris. Seolah satu adalah bayangan dari yang lain.


Bab 8: Surat dari Orang Mati

Lira, asisten forensik Rio, menghubungi dengan info penting.

“Kami menemukan jejak tulang manusia mikroskopis di potongan daging yang disajikan Edwin. Tapi yang mengejutkan: salah satu fragmen DNA-nya cocok dengan... Felia Armawati.”

“Tidak mungkin,” gumam Rio.

Felia tewas sebelum Edwin. Keduanya seolah tak berhubungan. Tapi jika sebagian tubuh Felia ditemukan di TKP Edwin...

Apakah mayat Felia dipindahkan, dimutilasi, dan ‘dihidangkan’?
Atau... apakah Felia dan Edwin pernah berada di tempat yang sama sebelumnya?


Bab 9: Arsip Cermin

Rio mencari riwayat masa lalu kedua korban. Ia menemukan satu nama penghubung:

Dr. Sri Moelyani, pakar neurologi eksperimental, bekerja di bawah program pemerintah rahasia tahun 1995—2000:
“Proyek LARENA”Latihan Resonansi dan Adaptasi Neurokognitif Alteratif.

Program ini mencoba mensinkronkan aktivitas otak antar manusia melalui musik, cahaya, dan suara, dengan harapan membentuk “resonansi antar identitas.”

Rio menemukan bahwa:

  • Felia pernah menjadi subjek eksperimen “sinkronisasi EEG berbasis piano”.

  • Edwin, atau Irawan, pernah menjadi pasien uji untuk efek resonansi pada pasien delusi kepribadian.

Keduanya dipertemukan secara tidak langsung dalam satu proyek — di bawah nama samaran.


Bab 10: Rumah LARENA

Rio menelusuri lokasi eksperimen LARENA yang telah ditutup. Tersembunyi di lereng perbukitan Pacet, Jawa Timur, berdiri bangunan tua semi-laboratorium dengan dinding penuh isolasi suara.

Di dalamnya, Rio menemukan ruangan eksperimen berbentuk segi delapan — dengan speaker di setiap sudut, dan kursi tunggal di tengah ruangan.

Ada satu alat tertinggal: Resonator Limbik — alat pemicu gelombang otak tertentu.

Rio menyalakan sistem listrik darurat, dan dalam gelombang aneh suara, ia mengalami halusinasi kuat: wajah Felia berubah menjadi Edwin. Edwin berubah menjadi dirinya sendiri. Kemudian... wajahnya sendiri membelah menjadi tiga.

Rio tersungkur. Alat itu mati otomatis setelah 40 detik. Tapi cukup untuk meninggalkan jejak memori palsu.


Bab 11: Wawancara Hening

Di rumah sakit jiwa tempat Reinaldo — pelaku kasus Resonansi Terakhir — dirawat, Rio mencoba terakhir kalinya untuk berinteraksi.

Reinaldo menatapnya dan berbisik:

“Aku bukan satu. Mereka tak pernah mati. Mereka hanya... berpindah.”

Rio menunjukkan foto Edwin.
Reinaldo hanya menunjuk lukisan di dinding yang ia coret-coret setiap hari. Sebuah bentuk aneh: gelombang yang berbentuk lingkaran berulang — spiral ke dalam.

Lalu Reinaldo menulis satu kata di atasnya:
“NADA.”


Bab 12: Kode Spiral

Kembali ke base investigasi, Rio menyusun semua pola:

  • Nada D♯ → Pusat spiral → Simbol di lukisan Edwin → Pola suara di Resonator → Posisi manekin → Struktur partitur Felia

Semua mengarah ke satu arsitektur gelombang spiral ke dalam — simbol dari “resonansi psikologis terpadu”.

Rio menyimpulkan:

“Mereka bukan hanya korban pembunuhan. Mereka adalah pecahan dari satu eksperimen sosial-kejiwaan yang gagal. Korban dan pelaku bisa bertukar tempat... karena struktur otak mereka sudah dipetakan ulang.”


Bab 13: Rio dalam Cermin

Dalam sebuah mimpi yang terasa nyata, Rio melihat dirinya duduk di meja makan, dikelilingi tujuh manekin. Salah satunya memakai pakaian seperti Felia. Satunya lagi — wajah Edwin. Tapi yang paling mengerikan: semua manekin itu... memiliki wajah Rio.

Rio terbangun — dengan darah di hidung dan partitur di atas meja kamarnya yang tak pernah ia miliki.


Epilog: Apakah Kamu Masih Satu?

Kasus ditutup karena tidak ada pelaku nyata. Tapi Rio tahu, eksperimen LARENA belum berakhir. Ia mulai meragukan siapa dirinya sebenarnya.

Apakah dia benar-benar hanya penyelidik?
Atau bagian dari eksperimen itu sendiri... yang sedang menyelidiki dirinya sendiri?

Dalam laporan terakhir yang tak pernah dikirim, Rio menulis:

“Jika suara bisa membunuh, maka identitas bisa dibentuk. Jika wajah bisa dibagi, maka siapa pun bisa menjadi siapa saja... Termasuk aku.”


Semoga Menghibur.

@SeptaDhana



No comments: